ORGANISME PENGANGGU PADA TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA
ORGANISME PENGANGGU PADA TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA
R. Ardiana Seto. N, S.P.
Pengelolaan hama dan
penyakit merupakan hal vital yang akan menentukan hasil panen padi. Hama dan
penyakit menyerang secara spesifik dengan lingkungan yang mendukung, sehingga
terkadang dijumpai hama dan penyakit endemik di wilayah tertentu. Pengendalian
hama dan penyakit sebaiknya dilakukan secara prefentif/ pencegahan yang diawali
dengan mengenali sejarah lahan dan prdiksi musim tanam yang berpotensi
mengundang hama dan penyakit tertentu.
Hama
dan penyakit utama pada padi dapat menyerang pada fase vegetatif saja, pada
fase generatif saja atau meyerang pada kedua fase tersebut, bahkan tidak jarang
menyerang pada fase rippening atau pemasakan. Sehingga kontrol hama penyakit
bersifat rutin dan cermat karena pengaruh kehilangan produksi paling tinggi
adalah dari hama dan penyakit. Sumber hama dan penyakit juga bisa diawali dari
(soil born disease/ penyakit tular tanah)
akibat olah lahan yang tidak sempurna.
Hama
dan penyakit penting yang sering dijumpai dapat dikategorikan menjadi enam
kategori 1) Hewan pengerat, tikus; 2) Penyakit yang disebabkan oleh jamur,
bakteri dan virus; 3) Serangga; 4) Nematoda; 5) Burung; dan 6) Molusca
(Keong/siput).
TIKUS
Tikus
(Rattus argentiventer (Rob. &
Kloss)) merusak tanaman padi pada semua tingkat pertumbuhan, dari semai hingga
panen, bahkan di gudang penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus
menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk
anakan baru. Tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, kemudian
meluas ke arah pinggir. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari,
tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah,
pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian
besar tikus bermigrasi ke daerah perkampungan dekat sawah dan kembali lagi ke
sawah setelah pertanaman padi menjelang fase generatif.
Cara pengendalian
Kendalikan
tikus pada awal musim tanam sebelum memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut
meliputi gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System)
/ Sistem Bubu Perangkap) dan LTBS (Linear Trap Barier Sistem). Gropyok dan
sanitasi dilakukan pada habitat-habitat tikus seperti sepanjang tanggul
irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan.
Pemasangan bubu perangkap pada pesemaian dan pembuatan TBS dilakukan pada
daerah endemik tikus untuk menekan populasi tikus pada awal musim tanam.
Pengendalian
hama
|
||
Organik/ hayati
|
Kultur teknis
|
Kimiawi
|
1. Menggunakan buah Bintaro
|
1. Melakukan penanaman yang serempak
2. Melakukan sanitasi habitat hama tikus
3. Melakukan penggropoyak masal
4. Trap barier system
|
1. Fumigasi
2. Redontisoda ( Klerat atau Ratgone)
|
KEONG EMAS
Keong
mas (Pomacea canaliculata Lamarck) diperkenalkan ke Asia pada tahun
1980an dari Amerika Selatan sebagai makanan potensial bagi manusia.
Namun, kemudian keong mas menjadi hama utama padi yang menyebar ke Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Keong mas memakan tanaman padi muda serta dapat menghancurkan tanaman pada saat pertumbuhan awal.
Namun, kemudian keong mas menjadi hama utama padi yang menyebar ke Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Keong mas memakan tanaman padi muda serta dapat menghancurkan tanaman pada saat pertumbuhan awal.
Cara pengendalian
Saat-saat
penting untuk mengendalikan keong mas adalah pada 10 hari pertama untuk padi
tanam pindah dan sebelum tanaman berumur 21 hari pada tabela (tanam benih
secara langsung). Setelah itu, tingkat pertumbuhan tanaman biasanya lebih
tinggi daripada tingkat kerusakan akibat keong.
Semut merah memakan telur
keong, sedangkan bebek (dan kadang-kadang tikus) memakan keong muda. Bebek
ditempatkan di sawah selama persiapan lahan tahap akhir atau setelah tanaman
tumbuh cukup besar (misalnya 30-35 hari setelah tanam); keong dapat dipanen,
dimasak untuk dimakan oleh manusia.
- Pungut keong dan hancurkan telurnya. Hal ini
paling baik dilakukan di pagi dan sore hari ketika keong berada pada
keadaan aktif. Tempatkan tongkat bambu untuk menarik keong dewasa
meletakkan telurnya.
- Tempatkan dedaunan dan pelepah pisang untuk
menarik perhatian keong agar pemungutan keong lebih mudah dilakukan.
- Keong bersifat aktif pada air yang
menggenang/ diam dan karenanya, perataan tanah dan pengeringan sawah yang
baik dapat menekan kerusakan. Buat saluran-saluran kecil (misalnya, lebar
15-25 cm dan dalam 5 cm) untuk memudahkan pengeringan dan bertindak
sebagai titik fokus untuk mengumpulkan keong atau membunuh keong secara
manual. Apabila pengendalian air baik, pengeringan dan pengaliran air ke
sawah dilakukan hingga stadia anakan (misalnya, 15 hari pertama untuk
tanam pindah dan 21 hari pertama untuk tabela).
PENGGEREK BATANG
Penggerek batang adalah hama
yang ulatnya hidup dalam batang padi. Hama ini berubah menjadi ngengat berwarna
kuning atau coklat; biasanya 1 larva berada dalam 1 anakan. Ngengat aktif di
malam hari. Larva betina menaruh 3 massa telur sepanjang 7-10 hari masa
hidupnya sebagai serangga dewasa. Massa telur penggerek batang kuning berbentuk
cakram dan ditutupi oleh bulu-bulu berwarna coklat terang dari abdomen betina.
Setiap massa telur mengandung sekitar 100 telur.
Cara pengendalian
Lindungi agen pangendalian
hayati—Untuk melindungi musuh alami penggerek batang, jangan gunakan pestisida
berspektrum luas, mis. methyl parathion.
- Sayat ujung helaian daun sebelum tanam
pindah.—Telur-telur penggerek batang kuning diletakkan dekat ujung helaian
daun. Dengan menyayat bibit sebelum tanam pindah, pengalihan telur dari
persemaian ke sawah dapat dikurangi.
- Tanam belakangan (sedikit terlambat) untuk
menghindari ngengat penggerek batang kuning.
- Varietas tahan—Beberapa varietas seperti
PB36, PB32, IR66, dan IR77 mampu menghasilkan anakan baru sehingga
mengkompensasi anakan yang mati.
- Jemur atau hamparkan jerami di bawah sinar
matahari untuk membunuh larva yang terdapat di situ.
- Jaring larva penggerek batang pada daun
yang mengapung dengan jaring.
- oOlah dan genangi sawah setelah panen.
Pengendalian kimiawi
Insektisida sistemik
berbentuk granular seperti karbofuran, bensultap, bisultap, karbosulfan,
dimehipo, atau fipronil yang masuk ke dalam tanaman, merupakan bahan kimia yang
dapat Beluk pada stadia reproduktif. Sundep. Larva penggerek batang padi putih.
Imago penggerek batang padi putih. Imago penggerek batang padi merah jambu.
Larva penggerek batang padi merah jambu. mengendalikan penggerek setelah masuk
ke dalam batang. Penyemprotan efektif untuk kupu-kupu. Sebagaimana halnya
dengan pestisida lainnya, keuntungan dari penggunaan insektisida harus
mempertimbangkan risiko terhadap kesehatan dan lingkungan. Penggunaan
insektisida yang tidak sesuai akan mengganggu keseimbangan alami karena
terbunuhnya musuh alami hama penggerek batang, menyebabkan resurjensi atau
ledakan serangan hama. Sebelum menggunakan pestisida, hubungi petugas
perlindungan tanaman atau penyuluh untuk mendapatkan saran dan petunjuk. Baca
petunjuk yang tertera di label dengan teliti setiap sebelum pestisida
digunakan.
Tungro
Tungro adalah penyakit virus
pada padi yang biasanya terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan
tanaman tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun
memendek dan daun yang terserang berwarna kuning sampai kuning-oranye. Daun
muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan
panjang berbeda sejajar dengan tulang daun. Gejala mulai dari ujung daun yang
lebih tua. Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi. Dua
spesies wereng hijau Nephotettix malayanus dan N.virescens adalah
serangga yang menyebarkan (vektor) virus tungro.
Cara pengendalian
°Varietas tahan. Penggunaan varietas
tahan seperti TukadUnda, Tukad Balian, Tukad Petanu, Bondoyudo, dan Kalimas
merupakan cara terbaik untuk mengendalikan tungro. Rotasi varietas penting
untuk mengurangi gangguan ketahanan. Pembajakan di bawah sisa tunggul yang terinfeksi. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi sumber penyakit dan menghancurkan telur dan tempat
penetasan wereng hijau. Bajak segera setelah panen bila tanaman sebelumnya
terkena penyakit.
°Cabut dan bakar tanaman yang sakit. Ini perlu
dilakukan kecuali bila serangan tungro sudah menyeluruh. Bila serangan sudah
tinggi maka mungkin ada tanaman yang terinfeksi tungro tapi kelihatan sehat.
Mencabut tanaman yang terinfeksi dapat mengganggu wereng hijau sehingga makin
menyebarluaskan infeksi tungro.
°Tanam benih langsung (Tabela): Infeksi tungro
biasanya lebih rendah pada tabela karena lebih tingginya populasi tanaman (bila
dibandingkan tanam pindah). Dengan demikian wereng cenderung mencari dan makan
serta menyerang tanaman yang lebih rendah populasinya.
°Waktu Tanam: Tanam padi saat populasi wereng
hijau dan tungro rendah.
°Tanam serempak: Upayakan petani tanam
serempak. Ini mengurangi penyebaran tungro dari satu lahan ke lahan lainnya
karena stadium tumbuh yang relatif seragam.
°Bera atau rotasi. Pertanaman padi terus-menerus
akan meningkatkan populasi wereng hijau sehingga sulit mencegah infeksi tungro.
Adanya periode bera atau tanaman lain selain padi dapat mengurangi populasi
wereng hijau dan ketersediaan inang untuk virus tungro.
Hawar Bakteri
(HB-Bacterial blight)
Hawar Bakteri (HB) atau
Hawar Daun Bakteri (HDB) merupakan penyakit yang dapat menginfeksi bibit dan
tanaman tua. Bila HB terjadi pada tanaman muda disebut kresek dan bila terjadi
pada tanaman tua disebut hawar daun. Tanaman yang terinfeksi kehilangan areal
daun dan menghasilkan gabah yang lebih sedikit dan hampa. Pada pembibitan, daun
yang terinfeksi berubah hijau keabu-abuan menggulung dan akhirnya mati.
Cara pengendalian
Gunakan varietas tahan. Ini
adalah cara yang paling efektif dalam mengendalikan penyakit. Pemupukan
lengkap—Penyakit semakin parah bila pupuk N dipakai secara berlebihan, tanpa P
dan K.
Kurangi kerusakan
bibit dan penyebaran penyakit
Infeksi bibit terjadi
melalui luka dan kerusakan bagian tanaman. Penanganan yang buruk atau angin
kencang dan hujan dapat menyebabkan tanaman sakit. Penyakit menyebar melalui
kontak langsung antara daun sehat dengan daun sakit melalui air dan angin.
Kurangi penyebaran
penyakit dengan
- penanganan bibit secara baik waktu tanam
pindah,
- pengairan dangkal pada persemaian, dan
- membuat drainase yang baik ketika genangan
tinggi
Kurangi jumlah
inokulum
Tunggul tanaman yang
terinfeksi dan gulma dapat menjadi sumber inokulum.
- •Pertahankan kebersihan sawah — buang atau
bajak gulma, jerami yang terinfeksi, ratun padi yang semuanya dapat
menjadi sumber inokulum.
- •Keringkan sawah — upayakan sawah bera mengering untuk membunuh bakteri yang mungkin bertahan dalam tanah atau sisa tanaman.
Walang
sangit (Leptocorisa oratorius)
Walang sangit
merupakan serangga pengganggu yang sering menyerang tanaman padi. Walang sangit
memiliki bau yang khas dan sangat menyengat, karena baunya ini maka disebut
walang sangit. Walang sangit akan mengeluarkan aroma khasnya jika ia dalam
bahaya, aroma menyengat tersebut merupakan bentuk pertahanan diri dari ancaman
predator.
Gambar 1.
Serangan hama walang sangit pada tanaman padi
Satu ekor walang
sangit betina dewasa dapat mengeluarkan telur lebih dari 200 butir,telur-telur
tersebut biasanya diletakkan pada bagian ujung (atas) daun tanaman padi atau
daun bendera. Lama stadia telur walang sangit adalah 7 hari. Telur yang telah
menetas dan menjadi nimfa akan bergerak ke malai untuk mencari bulir padi yang sedang stadia
masak susu. Sedangkan bulir padi yang sudah keras tidak disukai. Nimfa walang
sangit berwarna hijau dan lama-kelamaan akan berubah menjadi coklat. Nimfa ini
akan mengalami ganti kulit hingga 5 kali. Nimfa walang sangit terus bergerak
dari satu bulir ke bulir padi yang lain untuk dimakannya. Pada siang hari yang
panas, nimfa dan walang sangit dewasa tidak begitu aktif dan bersembunyi di bawah
kanopi tanaman. Serangga dewasa pada pagi hari aktif terbang dari rumpun ke
rumpun sedangkan penerbangan yang relative jauh terjadi pada sore atau malam
hari.
Pengendalian
hama
|
||
Organik/ hayati
|
Kultur teknis
|
Kimiawi
|
1.
Menggunakan
parasitoid dan jamur. Salah satu agens hayati yang dapat digunakan untuk
menekan perkembangan walang sangit adalah jamur Baeuviria bassiana dan Metharizium sp. Jamur Beauviria basiana menyerang walang
sangit pada stadia nimfa dan dewasa.
|
1.
Melakukan
sanitasi lingkungan.
2.
Menanam padi secara serempak dalam satu hamparan yang luas.
3.
Pemupukan dilakukan secara merata supaya tanaman padi tumbuh
seragam.
4.
Selisih waktu tanam dalam satu hamparan lahan tidak boleh lebih
dari 2,5 bulan.
5.
Menggunakan perangkap.
|
1. Menggunakan insektisida berbahan aktif
fipronil, MIPC, BPMC, propoksur atau metolkarb, contoh produk Proaxis 15 CS.
|
Belalang kembara (Lokusta migratoria)
Belalang adalah
serangga herbivora yang terkenal sebagai hama dengan kemampuan melompat mumpuni
(dapat mencapai jarak hingga 20 kali panjang tubuhnya). Pada umumnya belalang
berwarna hijau atau cokelat. Belalang terkait erat secara biologis dengan kecoa
dan jangkrik dan masuk dalam kelompok serangga Orthoptera. Saat ini terdapat lebih
dari 20.000 spesies belalang.
Anggota famili
Locustidae ini tergolong hama perusak yang sangat ditakuti oleh petani padi,
jagung dan sorgum karena daya rusaknya
yang besar. Belalang yang memilikikaki panjang dan kuat sehingga mampu melompat
jauh itu akan memakan batang, daun
hingga tunas tanaman. Gejala serangan tidak spesifik, tergantung tipe tanaman dan tingkat populasi. Umunya
daun menjadi target utama. Bekas gigitan berbentuk sobekan bergerigi tak
beraturan. Pada serangan berat, hanya menyisakan tulang-tulang daun.
Peningkatan dan penurunan populasi sangat
tergantung lokasi, iklim dan tanaman inang. Peningkatan populasi dapat dipicu
oleh faktor iklim seperti cahaya dan curah hujan. Frekuensi serangan tinggi
sangat tergantung tanaman inang. Siklus hidup belalang kecil sekitar 3 – 3,5
bulan. Telur menetas setelah 4 minggu.
Pengendalian
hama
|
||
Organik/ hayati
|
Kultur teknis
|
Kimiawi
|
1. Biopestisida
dari ekstrak daun papaya.
2. Biopestisida
dari ekstrak buah bintaro.
3. Biopestisida
dari ekstrak tuba dan Nimba
4. Dengan
menggunakan cendawan (Beauviria basiana)
|
1. Dengan mengatur
pola tanam.
2. Gropyokan dengan
menggunakan jarring dll
|
1. Amabas 500 EC
2. Trebon 95 EC
3. Buldok 25 EC
4. Decis 25 EC
5. Matador 25 EC
6. Regent 50 SC
|
Burung (Lonchura
punctulata)
Burung menimbulkan kerusakan pada
stadia padi matang susu hingga pemasakan bulir (menjelang panen). Serangan
burung mengakibatkan banyak biji yang hilang sehingga malai tidak ada bijinya.
Hingga saat ini, tingkat kerusakan belum dilaporkan secara pasti karena tidak
setiap musim tanam terjadi serangan burung. Meskipun demikian, berdasar
pengamatan langsung di lapangan bahwa kerusakan sedang hingga berat terjadi
pada tanaman padi yang mencapai stadia generatif lebih dahulu. Kerugian ekonomi
lain adalah meningkatnya biaya produksi karena adanya penambahan tenaga kerja
untuk menghalau burung yang menyerang pertanaman.
Berbagai spesies burung tercatat
sebagai hama potensial pada pertanaman padi, diantaranya beberapa spesies
burung pipit (Jawa : manuk emprit; Sunda : bondol) seperti Lonchura striata, L. maja, dan L. puntulata, burung gelatik (Padda oryzivora), burung derkuku (Jawa :
manuk deruk) (Streptopelia orientalis),
terkuku
(Jawa : manuk puter) (S. striata) dan burung gereja (Passer
montanus). Spesies burung yang paling sering menimbulkan kerugian serius
adalah burung pipit (L. striata) yang
biasanya menyerang secara berkelompok dari puluhan hingga ribuan jumlahnya.
Puncak aktifitas harian burung hama padi adalah pagi dan sore hari. Pada
umumnya, burung hama padi telah menyesuaikan perkembangbiakannya
dengan stadia tanaman padi.
Pengendalian
hama
|
||
Organik/ hayati
|
Kultur teknis
|
Kimiawi
|
1. Menggunakan rendaman buah jengkol.
2. Menggunakan buah serut.
|
1. Penggunaan orang-orangan sawah.
2. Menggunakan jaring.
|
1. Menggunakan insektisida dengan berbahan
aktif dimehypo.
2. Menggunakan fungisida Tiflo 80WP.
|
Tikus sawah (Rattus
argentiventer Rob & Kloss)
Tikus sawah merupakan hama prapanen
utama penyebab kerusakan terbesar tanaman padi, terutama pada agroekosistem
dataran rendah dengan pola tanam intensif. Tikus sawah merusak tanaman padi
pada semua stadia pertumbuhan dari semai hingga panen (periode prapanen),
bahkan di gudang penyimpanan (periode pasca panen). Kerusakan parah terjadi
apabila tikus menyerang padi pada stadium generatif, karena tanaman sudah tidak
mampu membentuk anakan baru. Ciri khas serangan tikus sawah adalah kerusakan
tanaman dimulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir, sehingga
pada keadaan serangan berat hanya menyisakan 1 – 2 baris padi di pinggir
petakan.
Habitat tikus sawah adalah
agroekosistem sawah dan lingkungan sekitarnya. Tikus sawah bersarang pada
lubang di tanah yang digalinya (terutama untuk reproduksi dan membesarkan
anaknya) dan di semak-semak (refuge area/habitat
pelarian). Sebagai hewan omnivora (pemakan segala), tikus mengkonsumsi apa saja
yang dapat dimakan oleh manusia. Meskipun demikian, apabila makanan berlimpah
tikus sawah cenderung memilih pakan yang paling disukainya yaitu padi. Pada
saat kondisi lahan diistirahatkan (bera), tikus sawah menginfestasi pemukiman
penduduk dan gudang-gudang penyimpanan padi. Tikus menyerang padi pada malam
hari. Pada siang harinya, tikus bersembunyi di dalam lubang pada
tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat
sawah. Pada periode bera, sebagian besar tikus bermigrasi ke daerah
perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi
menjelang generatif.
Pengendalian
hama
|
||
Organik/ hayati
|
Kultur teknis
|
Kimiawi
|
2. Menggunakan buah Bintaro
|
5. Melakukan penanaman yang serempak
6. Melakukan sanitasi habitat hama tikus
7. Melakukan penggropoyak masal
8. Trap barier system
|
3. Fumigasi
4. Redontisoda ( Klerat atau Ratgone)
|
Keong mas (Pomacea
canaliculata)
Keong mas merupakan hama baru pada
tanaman padi yang luas sebarannya dan kerusakan tanaman padi terus meningkat.
Ditinjau dari luas serangan, hama tersebut telah dapat dikelompokan hama utama
sebab lebih luas dari rata-rata serangan tungro dan blas. Sawah yang diserang
keong mas ditandai oleh adanya daun yang mengambang, banyak rumpun hilang
sehingga lapangan harus disulam atau diganti. Selain kerugian secara ekonomis
karena harus menyulam tanaman, Secara teknis juga merugikan karena pertanaman
menjadi tidak seragam, sehingga menjadi subjek hama lain dan matang tidak
merata. Selain itu, jika tanaman sulaman berasal dari lingkungan yang terkena
penyakit misalnya penyakit tungro maka akan memperluas penyakit yang
bersangkutan.
Keong mas termasuk moluska
dari famili Ampullariidae, Mesogastropoda. Keong mas dicirikan dengan rumah
siput (cangkang) adanya dua putaran (uril) yang dangkal diujung rumah siput,
warna rumah siput tergantung lingkungan tetapi kebanyak berwarna kuning mas.
Pada mulutnya ada tutup rumah yang disebut operculum. Daya reproduksi keong
sangat tinggi, seekor betina dapat bertelur 200 sampai 300 telur tiap minggu
dan mencapai 4000 – 8000 butir selama setahun. Telur keong mas diletakkan
secara berkelompok di atas pada tanaman padi atau bahan lain diataas permukaan
air. Telur berwarna merah seperti buah murbai yang diselaputi oleh lilin,
menjelang menetas warna agak pudar. Daya tetas telur .tinggi antara 70 sampai
90% dan rata rata 80%. Masa inkubasi telur 7 sampai 14 hari menjadi keong
dewasa setelah 2 – 3 bulan. Keong kecil yang baru menetas masuk kedalam air dan
makan algae atau remah remah tanaman, dan menjadi keong dewasa setelah 2-3
bulan. Keong yang berukuran 1,5 cm mulai rakus memarut pangkal batang yang
berada dibawah air dengan lidahnya sampai patah, kemudian patahan tanaman yang
rebah tersebut dimakan. Keong makan siang malam dan paling banyak malam hari.
Oleh karena itu beberapa anakan dalam satu rumpun padi habis bahkan jika
populasi tinggi bisa satu rumpun habis.
Pengendalian
hama
|
||
Organik/ hayati
|
Kultur teknis
|
Kimiawi
|
1. Menggunakan daun pepaya.
|
1.
Menyebar benih lebih banyak untuk
sulaman.
2.
Menanam bibit yang agak tua dan
jumlah bibit lebih banyak/rumpun.
3.
Membersihkan saluran air dari tanaman
air seperti kangkung
4.
Mengeringkan sawah sampai 7 hari
setelah tanam.
5.
Membuat saluran air (caren) di dalam
petakan, keong mas akan menuju
ke caren sehingga mudah untuk
mengambil.
6. Mengumpulkan keong mas dan telurnya secara
manual
|
1. Falcon 250 EC
2. Nitrans Plus 45
WP
|
Penggerek batang
Di Indonesia telah ditemukan 6 jenis
penggerek batang padi yang terdiri dari; penggerek batang padi kuning, Scirpophaga incertulas (Walker),
penggerek batang padi putih, Scirpophaga
innotata (Walker), penggerek batang padi bergaris, Chilo suppressalis (Walker), penggerek batang padi kepala hitam, Chilo polychrysus Meyrick, penggerek
batang padi berkilat, Chilo auricilius
Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae), kelima spesies tersebut termasuk ordo
Lepidoptera dan famili Pyralidae,
dan penggerek batang padi merah jambu, Sesamia inferens (Walkers)
(Lepidoptera: (Noctuidae). Dari enam spesies tersebut hanya empat spesies yang
banyak ditemukan atau hama utama.
Setiap spesies penggerek batang padi
memiliki sifat atau ciri yang berbeda dalam penyebaran dan bioekologi, namun
hampir sama dalam cara menyeran atau menggerek tanaman padi serta kerusakan
yang ditimbulkannya.
a.
Penggerek
batang padi kuning
Spesies ini ditandakan dengan sayap
ngengat yang berwarna kuning dengan titik hitam pada sayap depan. Panjang
ngengat jantan 14 mm dan betina 17 mm , yang dapat hidup antara 5 – 10 hari.
Siklus hidup 39 – 58 hari, tergantung pada lingkungan dan makanan. Jangkauan
terbang dapat mencapai 6 – 10 km. Ngengat meletakan telur secara berkelompok
yang diletakkan pada daun bagian ujung. Jumlah telur 50 – 150 butir/kelompok.
b.
Penggerek
batang padi putih
Sayap ngengat berwarna putih dengan
ukuran betina 13 mm dan jantan 11 mm. Telur diletakan berkelompok pada
permukaan atas daun atau pelepah. Bentuk kelompok telur sama dengan kelompok telur
padi kuning. Kelompok telur di tutupi rambut halus, berwarna coklat
kekuning-kuningan. Satu kelompok telur terdiri dari 170 – 260 butir, lama
stadium telur 4 – 9 hari. Bentuk larva mirip larva penggerek batang padi
kuning, dengan panjang maksimal 21 mm dan berwarna putih kekuningan. Stadium
larva 19 – 31 hari kecuali untuk larva yang berdiapause. Pada akhir musim
kemarau larva instar akhir tidak langsung menjadi pupa, tetapi mengalami
diapause dalam pangkal batang atau tunggul. Hal ini biasanya terjadi di daerah
tropis yang memiliki perbedaan musim hujan dan kemarau yang jelas. Lamanya
istirahat tergantung pada lamanya musim kemarau.
Pengendalian hama
|
||
Organik/ hayati
|
Kultur teknis
|
Kimiawi
|
1.
Pemanfaatan musuh alami baik
parasitoid denagn melepas parasitoid telur, parasitoid yangdapat digunakan
adalah Beauvaria Basiana.
|
1. Dilakukan penanaman serentak, sehingga tersedianya sumber
makanan bagi penggerek batang padi dapat dibatasi.
2. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi sehingga dapat
memutus siklus hidup hama.
3. Pengelompokan persemaian dimaksudkan untuk memudahkan upaya
pengumpulan telur penggerek secara massal.
4. Pengaturan waktu tanam yaitu pada awal musim hujan berdasarkan
penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi.
|
1.
Insektisida butiran yang mengandung
karbofuran dengan nama dagang Furadan 3G, Dharmafur 3G, Curaterr 3G,
Indofuran 3G, Tomafur 3G, Taburan 3G, Petrofur 3G, Hidrofur 3G.
2.
Insektisida yang mengandung bahan
aktif fipronil yaitu Regent 0,3 G. Insektisida cair yaitu yang mengandung
fipronil dengan nama dagang Regent 50SC dan Rope 25 EC, insektisida yang
mengandung bahan aktif dimehipo dengan nama dagang Spontan 400 WSC, bensultaf
dengan nama dagang Bancol 50 WP
|
Kerdil
hampa (Rice Ragged Stunt Virus)
Gejala penyakit kerdil hampa antara
lain tanaman memendek, daun bendera melintir, dan malai tidak keluar atau
keluar sebagian. Dari malai yang sebagian keluar, gabah biasanya hampa. Tanaman
membentuk anakan bercabang dan terjadi bengkakan sepanjang tulang daun. Warna
daun yang terinfeksi tidak berbeda dengan daun tanaman sehat, dan seringkali
daun tetap berwarna hijau meskipun sudah lewat masa berbunga. Tinggi tanaman
berkurang 40% - 50% bervareasi tergantung varietas. Tanaman terserang
menghasilkan gabah yang hampa.
Virus kerdil hampa hanya dapat
ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata
lugens. Virus ditularkan wereng coklat secara persisten. Periode laten di
dalam tubuh serangga berkisar antara 5 – 11 hari setelah menghisap tanaman
sakit dengan rata-rata antara 9 – 10 hari. Periode makan untuk memperoleh virus
antara 3 – 5 jam, dan periode makan inokulasi minimum 1 jam. Setelah menghisap
virus, serangga tersebut dapat menularkan pada tanaman sehat dalam jangka waktu
selama hidupnya. Tetapi virus tidak diturunkan pada keturunannya melalui telur.
Virus kerdil hampa tidak ditularkan melalui air, tanah, biji, maupun secara
gesekan mekanik.
Pengendalian
hama
|
||
Organik/ hayati
|
Kultur teknis
|
Kimiawi
|
1.
Menggunakan musuh alami seperti
kumbang koksinelid, capung jarum, kumbang kkarabid, laba-laba serigala dll.
2.
Menggunakan agens hayati Beauviria basiana.
3.
Menggunakan biopestisida dari
ekstrak daun dan biji sirsak.
|
1.
Penanaman padi yang serempak
2.
Penggunaan varietas yang tahan
3.
Perangkat lampu (light Trap)
|
1.
Furadan 3 GR
2.
Applaud 10 WP
3.
Bassa 50 EC
4.
Confidor 5 WP
5.
Trebon 95 EC
|
Hawar Daun Bakteri
Hawar Daun Bakteri (HDB) disebabkan
oleh Xanthomonas oryzae. Merupakan
penyakit penting pada tanaman padi sawah di Negara-negara penghasil padi di
dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia kerugian hasil oleh penyakit ini
diperkirakan 15-25% tiap tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat
keparahan 20% sebulan sebelum panen penyakit sudah mulai menurunkan hasil.
Diatas keparahan itu hasil padi turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah
sebesar 10%. Varietas padi yang diinokulasi HDB menunjukkan peningkatan jumlah
gabah hampa dan penurunan kadar protein.
Penyakit hawar daun bakteri bersifat
sistemik dan merusak tanaman pada berbagai fase pertumbuhan. Gejala penyakit
ini dapat dibedakan dalam 3 macam yaitu gejala layu kresek pada tanaman muda
atau tanaman dewasa yang peka gejala hawar, dan gejala daun kuning pucat pada
tanaman. Gejala lain yang sering terjadi didaerah tropis adalah daun berwarna
kuning pucat pada tanaman dewasa dan daun tua berwarna hijau normal.
Kadang-kadang pada helaian daun terdapat garis berwarna hijau pucat.
Pengendalian
hama
|
||
Organik/ hayati
|
Kultur teknis
|
Kimiawi
|
1.
Belum ada pengendalian hayati yang
dapat dilakukan untuk HBD
|
1.
Penggunaan verietas tahan
2.
Tanam dengan konsep PTT (Pengelolaan
Tanaman Terpadu)
3.
Pengairan berselang
4.
Penyiangan dengan gosrok
5.
Monitoring hama dan penyakit dengan
konsep PHT
6.
Panen dengan perontok
|
1.
Bactocyn 150 AL
2.
Trivia 73 WP
|
Penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia solani Kuhn)
Penyakit hawar pelepah mulai terlihat
berkembang di sawah pada saat tanaman padi stadia anakan maksimum dan terus
berkembang sampai menjelang panen, namun kadang tanaman padi di pembibitan
dapat terinfeksi parah. Rhizoctonia
solani termasuk cendawan tanah, sehingga disamping dapat bersifat sebagai
parasit juga dapat sebagai saprofit. Pada saat tidak ada tanaman padi, cendawan
ini dapat menginfeksi beberapa gulma di pematang juga tanaman palawija yang
biasanya digunakan untuk pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-kacangan.
Cendawan ini bertahan di tanah dalam bentuk sklerosia maupun miselium yang
dorman. Sklerosia banyak terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun pada
seresah tanaman yang lain. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar
ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit hawar pelepah pada
musim tanam berikutnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber inokulum penyakit
hawar pelepah selalu tersedia sepanjang musim.
Pengendalian
hama
|
||
Organik/ hayati
|
Kultur teknis
|
Kimiawi
|
1.
Dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan bakteri antagonis dapat megurangi tingkat keparahan hawar pelapah.
2.
Penambahan bahan organic yang sudah terdekomposisi
sempurna/sudah matang (kompos jerami dengan C/N ratio ± 10) dengan dosis 2
ton/Ha.
|
1.
Menerapkan jarak tanam tidak terlalu
rapat
2.
Pemberian unsure Nitrogenyang tidak
berlebihan
3.
Carapengairan berselang
4.
Sanitasi gulma-gulma disekitar sawah
|
1.
Penggunaan fungisida berbahan aktif
benomyl, difenoconazol, mankozeb dan validamycin.
|
Busuk batang (Helminthosporium sigmoideum)
Penyakit busuk batang merupakan salah
satu penyakit utama padi di Indonesia. Penyakit ini selalu ditemukan pada
setiap musim tanam dengan kategori infeksi ringan sampai sedang. Pada musim
hujan, lebih dari 60% tanaman padi di jalur pantura Jawa Barat mengalami
kerebahan akibat diinfeksi cendawan H. sigmoideum.
Kerebahan menyebabkan persentase gabah hampa meningkat. Kehilangan hasil padi
akibat penyakit busuk batang 25 – 30%. Busuk batang ditemukan lebih parah pada
varietas padi beranakan banyak yang ditanam pada lokasi kahat kalium serta
berdrainase jelek. Umumnya penyakit ini kurang mendapat perhatian, karena
dianggap sebagai gangguan yang bersifat klasik dan biasa-biasa saja.
Gejala penyakit diawali dengan bercak
kecil kehitaman pada pelepah bagian luar di atas batas permukaan air,
selanjutnya bercak membesar. Cendawan penyebab penyakit menembus bagian dalam
pelepah dan menginfeksi batang sehingga menyebabkan busuk pada batang dan
pelepah. Cendawan penyebab busuk batang menghasilkan sklerosia yang berbentuk
bulat kecil berwarna hitam. Sklerosia banyak terdapat pada bagian dalam batang
padi yang membusuk. Selama kondisi lingkungan kurang menguntungkan, cendawan
menghasilkan sklerosia secara berlimpah sebagai alat untuk bertahan hidup.
Sklerosia tersimpan dalam tunggul dan jerami sisa panen. Selama pengolahan
tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi
inokulum awal penyakit busuk batang pada musim tanam berikutnya.
Pengendalian
hama
|
||
Organik/ hayati
|
Kultur teknis
|
Kimiawi
|
1.
Belum ditemukan pestisida hayati
untuk mengendalikan busuk batang
tanaman padi.
|
1.
Jerami dantunggul dari tanaman yang terinfeksi diangkut keluar patakan
sawah dan dibakar
2.
Pengeringan secara berkala
3.
Jarak tanam tidak terlalu rapat
4.
Memilih varietas padi yang tidak
udah rebah
|
1.
Penggunaan fungisida berbahan aktif
difenoconazol
|
Penyakit Busuk Pelepah (Sarocladium oryzae)
Penyakit busuk pelepah di temukan pada
tiap musim tanam dengan tingkat kerusakan ringan. Kerusakan terjadi pada
pelepah daun paling atas yang menutupi malai muda pada akhir fase bunting. Bila
patogen penyebab penyakit ini berkembang parah didalam pelepah dapat
menyebabkan malai tidak keluar atau hanya keluar sebagian (tidak berkembang)
sehingga hanya menghasilkan sedikit bulir padi.
Gejala awal berupa bercak bulat
memenjang tidak teratur 0,5-1,5 cm, warna abu-abu ditengah dan coklat
dipinggir. Bercak terus berkembang, bersambung dengan bercak lainnya dan
akhirnya dapat menutupi seluruh permukaan pelepah daun bendera. Patogen
berkembang dengan menghasilkan spora yang berlimpah. Spora terlempar dan
kemudian menempel pada tanaman lain. Pada pagi hari bersama dengan embun, spora
masuk ke dalam pelepah kemudian berkecambah dan siap menginfeksi jaringan
pelepah.
Pengendalian
hama
|
||
Organik/ hayati
|
Kultur teknis
|
Kimiawi
|
1.
Belum ditemukan pestisida hayati
untuk mengendalikan busuk pelepah
tanaman padi.
|
2.
Membersihkan tanaman yang sakit dari
lahan
3.
Memilih benih yang sehat
4.
Mengatur jarak tanam
|
5.
Penggunaan fungisida berbahan aktif
Karbendezim, mankozeb atau benomil .
|
DEMIKIAN SEKILAS dan SEDIKIT TENTANG ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADI dan PENGENDALIANNYA.
SELALU IKUTI BLOG INI dan JANGAN LUPA KOMENT YA.
INSYA'ALLAH UPDATE TERUS. JANGAN DI CO-PAST CUKUP DI KETIK ULANG BIAR KALIAN INGAT SELALU.
SEMANGAT SELALU MENUNTUT ILMU
Komentar
Posting Komentar